Mengatasi Mouse Shoulder: Solusi Ergonomis dan Medis

 

Latar Belakang

Pernahkah Anda merasa pergelangan tangan nyeri setelah seharian bekerja dengan laptop? Di era digital ini, laptop menjadi alat tak tergantikan untuk pekerjaan dan hiburan. Namun, penggunaannya yang repetitif dapat menyebabkan gangguan seperti Repetitive Strain Injury (RSI) maupun Carpal Tunnel Syndrome (CTS). RSI dan CTS mengacu pada cedera akibat gerakan berulang yang memberikan tekanan berlebih pada otot dan saraf, seperti mengetik atau menggunakan mouse dalam posisi tidak ergonomis. Gejalanya meliputi nyeri, mati rasa, dan kelemahan tangan. Studi oleh Ali & Sathiyasekaran (2006) menemukan prevalensi CTS sebesar 13,1% dari 648 pekerja profesional komputer di Chennai, India, yang bekerja dengan komputer lebih dari 8 jam sehari. Tentunya penggunaan mouse dengan intensitas tinggi sangat berpengaruh terhadap gaya hidup penggunanya. Salah satu bagian tubuh yang terdampak adalah lengan dan bahu, hingga akhirnya muncul sebuah istilah “Mouse Shoulder”.

 

Mouse Shoulder

Mouse shoulder merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan tendon akibat penggunaan komputer, khususnya mouse, dalam jangka waktu yang lama Pada umumnya mouse shoulder ini terjadi pada pekerja kantoran, gamers, bahkan mahasiswa yang menggunakan komputer dan mouse dengan intensitas tinggi. Canadian Centre for Occupational and Health Safety melaporkan bahwa penggunaan mouse tiga kali lebih sering dibandingkan penggunaan keyboard. Posisi mouse yang tidak sesuai, baik terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan ketegangan otot pada bagian lengan atas, bahu, hingga leher sehingga meningkatkan terjadinya Repetitive Strain Injury (RSI).  Hal itulah yang menyebabkan orang yang mengalami mouse shoulder akan memiliki keluhan pada bagian tangan, lengan, hingga bahu.

Gambar 1. Bagian Otot pada Bahu

Sumber: foundationhealth.com.au

 

Seperti namanya, “Mouse shoulder”, maka kondisi tersebut akan memengaruhi beberapa otot yang ada pada area bahu, seperti otot trapezius, scalenus, deltoid, dan rotator cuff (supraspinatus, infraspinatus, subscapularis, dan teres minor). Namun, penggunaan mouse yang berlebih juga akan berpengaruh pada saraf maupun otot yang ada di tangan. Hal tersebut akan menyebabkan suatu gangguan yang biasa disebut dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dimana CTS terjadi akibat tekanan pada saraf median yang mengontrol pergerakan dari ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis. Oleh karena itu, banyak orang yang mengalami keluhan seperti kesemutan hingga nyeri pada bagian tangan akibat menggunakan mouse dalam jangka waktu yang lama.

Gambar 2. Carpal Tunnel Syndrome

Sumber: my.clevelandclinic.org

 

Pencegahan “Mouse Shoulder

Pendekatan multidisiplin untuk mencegah dan mengatasi mouse shoulder mencakup berbagai perspektif yang saling melengkapi. Dari sudut pandang ergonomi, penggunaan mouse yang dirancang secara ergonomis sesuai bentuk tangan dapat secara signifikan mengurangi ketegangan pada otot bahu. Penempatan mouse yang sejajar dengan ketinggian siku dan jarak monitor yang optimal terhadap mata membantu mencegah postur tubuh yang buruk. Alat pendukung seperti armrest atau wrist support juga penting untuk mengurangi tekanan pada otot bahu dan lengan yang dimana dapat mengurangi dan mencegah adanya mouse shoulder.

Gambar 3. Ergonomic Arm Rest Support

Sumber: almostadoctor.co.uk

Secara medis, peregangan otot bahu secara rutin sangat efektif untuk mencegah kekakuan dan peradangan tendon. Apabila gejala telah muncul, terapi fisik seperti therapeutic ultrasound, low-level laser therapy (TENS) dan penggunaan obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) dapat menjadi pilihan awal. Therapeutic ultrasound (TENS) menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk memanaskan jaringan otot, meningkatkan aliran darah, meredakan kekakuan, dan mempercepat regenerasi jaringan, sehingga mencegah ketegangan akibat posisi tubuh yang tidak ergonomis.

Gambar 4. therapeutic ultrasound

Sumber: pmc.ncbi.nlm.nih.gov

Low-level laser therapy bekerja dengan stimulasi listrik rendah untuk memblokir sinyal nyeri dan merangsang produksi endorfin, membantu meredakan nyeri dan mengendurkan otot tegang, sehingga mencegah cedera akibat aktivitas berulang. Sementara itu, obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti ibuprofen efektif mengurangi peradangan dan nyeri ringan, terutama pada tahap awal ketegangan otot, namun penggunaannya harus disertai perubahan gaya hidup dan penerapan ergonomi agar hasilnya lebih optimal.

Gambar 5. nonsteroidal anti-inflammatory drugs

Sumber:  almostadoctor.co.uk

 

Dari perspektif gaya hidup, pengaturan pola kerja dengan istirahat teratur setiap 30-60 menit sangat dianjurkan untuk mencegah kelelahan otot bahu. Kebiasaan olahraga yang berfokus pada penguatan otot bahu dan inti tubuh membantu menjaga keseimbangan postur serta fleksibilitas sendi. Selain itu, menghindari posisi statis dalam waktu lama dengan melakukan variasi gerakan selama bekerja menjadi langkah penting. Kebiasaan dalam bekerja juga dapat membantu mempreventifkan mouse shoulder, yaitu ketika bekerja di depan komputer. Berikut merupakan salah satu contoh penerapan pencegahan mouse shoulder untuk posisi leher, badan, lengan, dan kaki yang benar saat bekerja di depan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama.

Gambar 6. Bekerja di Depan Komputer

Sumber: pmc.ncbi.nlm.nih.gov

 

Pendidikan dan peningkatan kesadaran mengenai pentingnya postur tubuh yang baik, ergonomi, serta manfaat dari peregangan rutin juga diperlukan. Hal tersebut bisa dilakukan melalui sosialisasi maupun pelatihan baik di tempat kerja atau bahkan di lembaga pendidikan.  Pada zaman sekarang tidak hanya pekerja kantoran yang banyak menggunakan komputer, melainkan mahasiswa juga menggunakan komputer dengan intensitas tinggi sehingga pendekatan tersebut diharapkan secara efektif mampu mengurangi risiko cedera sekaligus meningkatkan kualitas hidup pengguna komputer.

 

Rekomendasi: Mouse Ergonomis

Penggunaan mouse yang tidak ergonomis dapat memperburuk gejala Repetitive Strain Injury (RSI) dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), yang keduanya disebabkan oleh gerakan tangan atau pergelangan tangan yang berulang dalam jangka panjang. Seiring berjalannya waktu, gerakan berulang ini dapat menyebabkan peradangan pada otot, tendon, dan saraf, bahkan kehilangan fungsi motorik pada tangan atau pergelangan tangan. Repetitive Strain Injury (RSI) dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat menyebabkan dampak kesehatan yang serius, terutama bagi pengguna perangkat komputer. Untuk mencegah dan mengurangi risiko RSI dan CTS, penting untuk memilih perangkat yang ergonomis, salah satunya adalah mouse ergonomis.

 

Mouse ergonomis dirancang untuk mengurangi risiko cedera akibat stres berulang (RSI), seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS), dengan mempertahankan posisi tangan yang alami dan mengurangi tekanan pada pergelangan tangan serta jari. Desainnya juga meningkatkan kenyamanan, mengurangi ketegangan pada otot tangan, lengan, dan bahu, serta mendukung postur tubuh yang baik. Selain itu, penggunaan mouse ergonomis dapat meningkatkan produktivitas dengan kontrol yang lebih presisi dan gerakan yang lebih efisien, mengurangi tegangan pada pergelangan tangan, dan mencegah cedera terkait postur tubuh.

Gambar 7. Mouse ergonomics

Sumber: logitech.com

Berdasarkan gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan antara penggunaan mouse standar dan mouse ergonomis. Mouse standar digambarkan memberikan tekanan pada saraf di tangan, yang dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat posisi pergelangan tangan yang tidak alami. Sebaliknya, mouse ergonomis dirancang untuk mengurangi tekanan pada sendi pergelangan tangan dengan memberikan posisi genggaman yang lebih alami, sehingga membantu mengurangi risiko kram dan meningkatkan kenyamanan pengguna untuk penggunaan jangka panjang.

Gambar 8 Perbandingan penggunaan mouse

Sumber: ahlikompie.com

Kesimpulan

Penggunaan perangkat komputer dalam jangka waktu lama tanpa memperhatikan prinsip ergonomi dapat menyebabkan berbagai gangguan muskuloskeletal, seperti Repetitive Strain Injury (RSI) dan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Kondisi ini disebabkan oleh gerakan tangan yang berulang, postur tubuh yang tidak ergonomis, serta tekanan berlebih pada otot dan saraf. Pencegahan gangguan ini memerlukan pendekatan multidisiplin yang mencakup ergonomi, medis, gaya hidup, serta pendidikan dan kesadaran.

Dari perspektif ergonomi, penggunaan mouse ergonomis menjadi salah satu solusi utama untuk mengurangi risiko RSI dan CTS, karena desainnya membantu menjaga posisi tangan yang alami, mengurangi tekanan pada pergelangan tangan, serta meningkatkan kenyamanan dan produktivitas pengguna. Selain itu, pengaturan posisi kerja yang optimal, penggunaan alat bantu seperti armrest dan wrist support, serta edukasi mengenai postur tubuh yang benar sangat penting untuk mencegah cedera jangka panjang.

Secara medis, terapi seperti therapeutic ultrasound, low-level laser therapy (TENS), dan penggunaan NSAID dapat membantu mengurangi peradangan dan nyeri akibat ketegangan otot. Sementara itu, pola hidup sehat, seperti istirahat teratur dan olahraga untuk menguatkan otot, juga berperan penting dalam pencegahan cedera akibat penggunaan komputer.

Dengan menerapkan strategi ergonomi yang tepat, mengadopsi kebiasaan sehat, dan menggunakan perangkat yang dirancang dengan baik, risiko mouse shoulder dapat diminimalkan sehingga meningkatkan kenyamanan, efisiensi, serta kualitas hidup pengguna komputer dalam jangka panjang.

 

Referensi

Ahlikompie. (2022). Keyboard dan Mouse Ergonomis. Diakses pada 13 Januari 2025. https://ahlikompie.com/4928-keyboard-dan-mouse-ergonomis.html

Bhattacharya, A. K., Awan, O. A., Fenerty, S., Taqi, I., Jonnalagadda, P., Ling, S., & Ali, S. (2021). Repetitive strain injuries of the upper extremity: imaging of tendon pathology and compressive neuropathies. Current Problems in Diagnostic Radiology, 50(4), 512-522.

Foundation Health. (n.d). Mouse Shoulder: How to Recognise It, Why It Strikes, and Ways to Beat It. Diakses pada 5 Januari 2025. https://foundationhealth.com.au/repetitive-strain-injury/mouseshoulder/#:~:text=Mouse%20shoulder%20is%20a%20repetitive,%2C%20shoulder%2C%20and%20neck%20regions

LeamingtonOsteopaths. (2023). Mouse Shoulder. Diakses pada 7 Januari 2025. https://leamington-osteopaths.co.uk/mouse-shoulder/

Majda, M. F. A. (2023). Dampak Penggunaan Laptop terhadap Risiko Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Mahasiswa. Diakses pada 16 Januari 2025. https://www.kompasiana.com/muhammadfathir25/6579b699c57afb5bbc3382d2/dampak-penggunaan-laptop-terhadap-risiko-carpal-tunnel-syndrome-cts-pada-mahasiswa?utm_source=chatgpt.com

Tiric-Campara, M., Krupic, F., Biscevic, M., Spahic, E., Maglajlija, K., Masic, Z., … & Masic, I. (2014). Occupational overuse syndrome (technological diseases): carpal tunnel syndrome, a mouse shoulder, cervical pain syndrome. Acta Informatica Medica, 22(5), 333.

Ullman, J., Kangas, N., Ullman, P., Wartenberg, F., & Ericson, M. (2003). A new approach to the mouse arm syndrome. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 9(4), 463-477.

 

 

 

 

 

 

#

Comments are closed